Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika kalian benci Manhajnya; Bantahan terhadap Ibnu Abdul Muis Ikhwani (Bagian 3)


Berputar di antara kebodohan, kebencian dan kebohongan

( sebuah catatan atas cerpen ” Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya

Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya ” )

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty

Lanjutan bantahan bagian 3

———————

Judul Cerpen :

” Jika kalian benci manhajnya “


Maka kita katakan :

Ya kami benci terhadap kemaksiatan, penyimpangan dan kesesatan yang terdapat di manhaj ikhwanul muslimin, diantaranya adalah :

Pertama : Penyelisihan mereka terhadap manhaj dakwah para rasul, yaitu tidak memberikan perhatian dakwahnya kepada tauhid dan memperingatkkan ummat dari perbuatan syirik, inilah inti dakwah para Rasul. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

” Dan sunnguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap ummat (untuk mendakwahkan) sembahlah Allah dan jauhilah thagut “ ( Qs. An Nahal : 36 ) Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : ” Faedah yang dapat diambil dalam ayat ini bahwasannya hikmah dari diutusnya para Rasul adalah dakwah kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik “ ( Al Mulakhos Syarh Kitab Tauhid: 11)

Kedua : Berdakwah dengan cara-cara bid’ah, berdakwah dengan partai, musik, drama dan film.

Jika sebuah ibadah seperti dakwah dilakukan dengan tidak sesuai dengan tuntunan Nabi, maka amalannya tertolak. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Barangsiapa yang beramal dengan sesuatu yang bukan dariku maka amalannya tertolak ” (HR. Muslim dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘Anhu)

Ketiga : Membrontak pemerintah dengan lisan, tulisan atau perbuatan.

Cerpen :

Seperti minggu sore kemarin, syura’ rutin DPRa di Kantor DPC. Agak Bete sedikit memang, tapi bukan karena bahasan syuranya, seperti biasa lah, selalu ada saja yang disewotin.

Maka kita katakan :

Inilah buah dan imbas dari demokrasi, partai dan kesibukkan yang ada didalamnya, yang penulis (Ibnu Abd Muis) berada didalamnya. Naudzubillah dari demokrasi dan pemilu sebuah sistem dan ideologi yang bukan dari islam.

Cerpen :

“Kenapa akh, dari tadi keliatan agak bete ghitu”, Tanya Ridwan, ketua DPRa, “Ada masalah?”, tanyanya lagi.

“Mba Nilam kemana, abis nikah kok nggak nongol-nongol?”

“Ada urusan keluarga kali, soalnya nggak ada kabar ke ana”, jawab Ridwan singkat.

“Dikerem suaminya kali ya?”, tanyaku polos.

“Astaghfirullah, mana ana tahu akhi. Lagian apa urusan kita terhadap mereka”, sergah Ridwan kepadaku.

“Kayanya kejadiannya bakalan sama seperti ukhti Intan tuh”, tandasku lagi.

“Antum ini ngomong apa sih”, Tanya Ridwan bingung. “Nggak jelas juntrungannya, ana nggak ngerti maksud pembicaraan antum.”

“Iya, mulai dari Ukhti Intan, kemudian Mba Nilam, siapa yang sibuk coba, bantuin mereka ngurusin pernikahannya?”, tanyaku ke Ridwan yang cuma makin bingung dengan ulahku.

“Astaghfirullah, akhi.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), (Qs. Al-Baqarah: 264)

Maka kita katakan :

Wahai Ibnu Abd Muis kenapa engkau tidak menerima nasehat dari temanmu untuk tidak menyebut nyebut kebaikkanmu membantu repsepsi pernikahan, malah bangga kau tulis dan kau pampangg diinternet. Naudzubillah. Bukankah kau tahu hal itu akan menghilangkan pahala kebaikanmu. Berkata Ibnu Katsier Rahimahullah : Tentang ayat diatas. ” Di khabarkan bahwa shadaqah dibatalkan pahalanya jika diikuti bersama shadaqah tersebut dari menyebut-menyebutnya dan menyakiti penerima ” (Tafsir ayat Al Baqarah ayat 264)

Berkata Syaikh As Sa’di Rahimahullah : “…..Didalam ayat ini terdapat penjelasan bahwa menyebut – nyebut shadaqah dan menyakiti penerima membatalkan pahala shadaqah, berdalil dengan ayat ini bahwa amal kejelekkan membatalkan amal kebaikkan ” (Tafsir karimur Rahman pada ayat ini)

itupun kalau benar ceritamu adapun kalau sekedar fiksi dan bohong itulah engkau seorang pembohong Dari Ibnu Masud Radiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Bahwa kejujuran mengantarkan kepada kebaikkan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga dan bahwasannya seorang senantiasa berkata jujur sampai ditulis disisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan bahwasannya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan kepada neraka dan bahwasannya seseorang senantiasa berkata bohong sampai ditulis disisi Allah sebagai pembohong ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cerpen :

Kok antum masih ungkit itu lagi sih. Kan kita sudah sepakat nggak akan bahas itu terus,” jelas Ridwan yang sepertinya sudah paham maksud kebawelanku.

“Ana sudah nggak tahan. Mungkin Mba Nilam adalah yang terakhir buat ana,” celotehku lagi.

“Maksudnya akhi?” tanya Ridwan.

“Ana janji, ana nggak akan bantuin akhwat manapun jika mereka nikah sama ikhwan Salafy!”, teriakku kesal.

“Loch, memangnya kenapa?”

“Ya, antum sendiri lihatkan. Waktu nikah, yang sibuk itu kita. Boro-boro ada ikhwah Salafy yang mau ikutan bantuin temennya nikah. Udah gitu, setelah mereka jadi nikah, seperti biasa, si akhwat nggak boleh lagi terlibat aktivitas kita,” jawabku dengan nada tinggi.

Maka kita katakan

Santai saja wahai Ibnu Abd muis jangan marah gitu dong…. Tak ingatkah engkau sebuah hadist atau engkau hanya ingat lagu atau album dari team nasyid Snada atau Brothers, kalau begitu ku hadirkan sebuah hadist Dari Abu Hurairah, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berilah aku nasehat, bersabda Rasulullah : ” janganlah kamu marah ” laki-laki tersebut mengulangi lagi perkataannya (berilah aku nasehat), Rasulullah bersabda jangan lah kamu marah “ ( HR. Bukhari ). Kalau pada kenyataannya ada seorang akhwat ikhwani yang menikah dengan ikhwan salafi itu merupakan takdir Allah, apalagi banyak dari mereka malah kenal manhaj yang haq dan mengetahui penyimpangan ikhwanul muslimin yang dulu dia berada didalamnya. Saya berharap ceritamu membantu repsesi pernikahan bukan sebuah kebohongan darimu tetapi kalau itu sebuah kebohongan itulah dirimu seorang pembohong.Ibn Abd Muis, menjawab: Wa’alaikum Sallam warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan “ ( salah satu jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap cerpennya )

Cerpen :

“Antum nggak boleh gitu akhi. Nggak semuanya seperti itu kok. Itu buktinya si Abu Zainuddin. Nanti jadi sia-sia loch apa yang sudah diamalkan kemarin,” seloroh Ketua DPRaku khawatir.

“Iya, kalau Abu Zainuddin mah nggak usah diomongin. Beliau itu udah the bestnya salafy dech, beda banget.

Maka kita katakan :

Ana berharap Abu Zainuddin bukan tokoh bayangan tanpa hakekat, tokoh fiksi dan hayalan, sebagaimana si pembohong Ibnu Abd Muis berkata Ibn Abd Muis, menjawab: Wa’alaikum Sallam warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan “ ( salah satu jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap cerpennya ). Kenapa tidak kau sebut ada seseorang yang diam terhadap penyimpangan ikhwanul muslimin tetapi dia mengaku salafi, kenapa harus bohong dengan cerpenmu ini. Apa yang engkau inginkan dengan perkataan the best salafy apakah dengan masihnya Abu Zainuddin atau yang semisalnya membiarkan istrinya bergabung dengan aktivitas ikhawanul muslimin atau tidak melarang atau memperingatkan dari kesesatan ikhwanul muslimin atau masih bermesraannya dengan jamaah ini, jika kondisinya seperti ini justru di pertanyakan kesalafiannya, jangan-jangan hanya sekedar pengakuan tanpa hakekat atau sekadar julukan yang engkau berikan. Seoarang salafi adalah yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih, dan berusaha menjaga agama ini dari yang mengotorinya dari keyakinan-keyakinan sesat atau bid’ah dan hizbiyah dan diantara kesesatan adalah manhaj Ikhwanul Muslimin, maka wajib bagi seorang salafi untuk menjelaskan kepada ummat tentang kesesatan ikhwanul muslimiin. Sebagai nasehat untuk kaum muslimin dan sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ

” Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung “ (Qs. Ali Imran : 104)

Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda : ” Agama adalah nasehat ” kami (para sahabat) berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata : untuk Allah, Rasul Nya kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya “ (HR. Muslim)

Dari Abu Said Al-Khudry Radiyalallahu ‘Anhu berkata, Bahwasanya Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda : “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya,apabila tidak mampu maka ubalah dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya demikian itu selemah-lemah iman “ ( HR. Muslim )

Cerpen :

Tapi, kenapa sich, mereka mau menikahi akhwat tarbiyah? Memangnya mereka nggak punya stock akhwat apa? Kalau mereka benci manhajnya, seharusnya mereka benci akhwatnya juga dong!”, teriakku lagi sambil nahan marah.

Maka Kita katakan :

Kalau stock Insya Allah banyak, lagian sebagian akhwat ikhwani yang memilih dan ridha untuk menjadi istri dari sebagian kecil ikhwan salafi. Kalian seharusnya berpikir kenapa sebagian akhwat tarbiyah senang kapada ikhwan salafi, mungkin saja karena melihat ikhwan ikhwani sudah ditarbiyah bertahun-tahun masalah tauhid yang menjadi pondasi agama ini saja ngga tahu, ditanya dimana Allah ngga bisa jawab dengan benar atau bertahun – tahun ditarbiyah tanpa rasa malu berfoto-foto di air terjun ketika rihlah, seharus kalian sadar dan berpikir apa yang kalian dapat dari dien ini selama berada dalam jamaah ikhwanul muslimin.

Cerpen :

Ridwan, ketua DPRaku cuma miris dan berkata “Antum nggak boleh gitu akhi.

” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. Al Hujarat : 12 )

Mungkin memang sudah jodohnya. Mau dengan Salafy, mau dengan ikhwan tarbiyah, atau mau dengan yang ammah sekalipun, kalau sudah jodohnya, ya mereka pasti akan menikah, kalau Allah sudah berkehendak, mau ditolak bagaimana?”.

Maka kita katakan :

Allah Ta’ala berfirman

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

” sungguh Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdirnya ” (Qs. Al Qamar : 4)

Cerpen :

“Gini-gini loch akh. Maksud ana, ana nggak habis pikir aja. Kan mereka sebut kita ahlul bid’ah. Dan ahlul bid’ah itu menurut mereka lebih sesat dari ahlul maksiat. Tapi kenapa mereka malah mencari akhwat tarbiyah yang jelas-jelas ahlul bid’ah menurut mereka. Ini yang ana nggak ngerti,” tanyaku panjang lebar.

Maka kita katakan :

Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim, bahwa syaithan mempunyai tahapan dalam menggoda manusia, pertama syaithan menggoda manusia untuk berbuat syirik dan kekufuran, kemudian jika manusia tidak tertipu maka digoda dengan perbuatan bid’ah, jika tidak tergoda juga maka syaithan beralih menggodanya dengan dosa besar dan seterusnya, bidah sesuatu yang lebih besar dosanya daripada maksiat dan lebih disenangi oleh syaithan, dikarenakan pelaku bidah merasa berada diatas kebenaran adapun pelaku maksiat, sadar bahwa diri berbuat maksiat.

Adapun Manhaj ikhwanul muslimin adalah manhaj bidah bukan dari ahlus sunnah, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama. Diantaranya Syaikh ‘Al ‘Alamah Hamaad Bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah pernah ditanya apakah jamaah ikhwan dan tabligh termasuk dari Ahlu Sunnah ? Syaikh Menjawab ” Seluruh orang yang berada diatas pemikiran yang menyelisihi Ahlus Sunnah maka bukan termasuk dari mereka, Jama’ah Ikhwan dan tabligh bukanlah termasuk dari ahlus sunnah dikarenakan mereka berada diatas pemikiran yang menyelisihi ahlus sunnah “ ( Di nukil dari Ar Risalah Al Kubra Ila Akhi Al Muntadzim fi Jama ‘atul Ikhwanul Muslimin, Syaikh Ali Rajihi Hal ; 152 )

Syaikh Al ‘Alamah Al Muhadist Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i Rahimahullah ketika ditanya, apakah Ikhwanul Muslimin termasuk Ahlus Sunnah ? Berkata Syaikh Rahimahullah : ” Ikhwanul Muslimun manhaj mereka bukan manhaj ahlus sunnah, adapun perorangan dari mereka ada yang tersamar atas mereka dari penyimpangan ikhwanul muslimun, tidak bisa kita memutlakkan setiap perorangan dari mereka bahwasannya dia bukan ahlus sunnah “ ( Di nukil dari Ar Risalah Al Kubra Ila Akhi Al Muntadzim fi Jama ‘atul Ikhwanul Muslimin, Syaikh Ali Rajihi Hal ; 152 )

Cerpen :

“Akhi, tidak ada yang memungkiri, akhwat tarbiyah itu sangat militan dalam berdakwah. Kesibukan apapun yang menyertai mereka. Kuliah, kerja atau ngurus keluarga. Kalau sudah panggilan dakwah, pasti mereka kejar. Hijab dan busana muslim yang panjang tidak menyurutkan gerak gesit mereka,” jelas Ridwan santai

Maka Kita Katakan :

Kami tidak memungkiri bahwa akhwat tarbiyah jauh dari tarbiyah yang shahih, jauh dari ilmu dien yang benar, sehingga mereka ditarbiyah diatas kebodohan dan penyimpangan yang ada di manhaj ikhwanul muslimin, sehingga semangat dan “kemilitanannya” tidak terarah dengan ilmu. Diantara mereka semangat walau disuruh bermaksiat kepada Allah dengan berdemo dan unjuk rasa, diantara mereka semangat untuk berkampanye walau ikhtilat menjadi keharusan, diantara mereka semangat untuk rihlah kepuncak di luar kota walau dengan safar tanpa mahram, bahkan diantara mereka semangat walau harus pergi ke bioskop untuk nonton film Fatahila. Inalillahi wainailaihi Rajiuun, inilah sebagian dosa ikhawnul muslimin terhadap muslimah.

Cerpen :

“Jadi itu alasan mereka menikahi akhwat kita?”, tanyaku sewot.

“Akhwat kita?” tanya Ridwan sambil manyun. “Ngaku-ngaku akhwat kita, sembarangan. Nanti dimarahin bapaknya para akhwat baru tau rasa loch.”

“Bukan, bukan itu. Maksud ana akhwat tarbiyah,” sergahku cepat “Tapi pasti ada alasan lain, kenapa mereka lebih senang merampas akhwat tarbiyah dibandingkan akhwat salafy?”.

Maka Kita katakan :

Itulah keadaan Ibnu Abd Muis yang sembarangan, cerpen ini menunjukkan kesembarangannya.

Perkataannya yang mengatakan Ikhwan salafi lebih senang dan merampas akhwat ikhwani bukti lain yang menunjukkannya kesembarangan sekaligus kebodohannya.

Merampas dari mana wahai Ibnu Abd muis…??!!, mereka (sebagian dari akhwat ikhwani) yang senang dan ridha menikah dengan Ikhwan salafi. Bukankan telah saya singgung diatas bahwa seorang wanita tidak dipaksa didalam permasalahan menikah, bukankah makna merampas mengambil sesuatu secara paksa tanpa keridhaannya, bukankah sebagian akhwat tarbiyah yang memilih dan ridha bahwa calon suaminya seorang salafi, sebagaimana yang dialami oleh Abu Tilmidz : ” Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat yang rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan.

Ketika taaruf ana katakan bahwa ana adl salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid’ah. Dan ternyata istri ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin(pemberi komentar ke 7 pada cerpen Ibnu Abd Muis). Tak tahukah engkau wahai Ibnu Abd Muis, tentang sebuah hadist yang menjelaskan tentang hal itu. Dari Abu Hurairah Radiyalallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Tidak dinikahkan seorang janda sampai diminta persetujuaannya (harus ada perkataan yang jelas –penj), tidak dinikahkan seorang perawan sampai diminta izinya, mereka (para sahabat) berkata : bagaimana izinnya bersabda Rasulullah : diamnya ” ( HR: Bukhari dan Muslim)

Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Shaleh Al-Fauzan Hafidzahullah : ” Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan bagi wanita baik itu perawan atau janda dan orang yang membedakan antara perawan dan janda bahwa mereka berkata : Perawan walinya dapat memaksanya dan janda tidak ada paksaan atasnya, pembedaan yang mereka katakan itu tidaklah benar “ ( Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 328 ), kenapa engkau memberi judul dengan kata merampas kalau bukan karena kebodohan dan kebencianmu terhadap salafi, tidak terlalu heran bagiku kalau engkau bisa berbuat dan memberi judul seperti ini yang penting nyikat salafi, untuk berbuat lebih dari ini saja sangat memungkinkan. Berkata Syaikh Abdullah Bin Muhammad bin Husain An Najmi Hafidzahullah : Dan diantara yang menunjukkakn bahwa musuh mereka ( ikhwanul Muslimin) adalah para muwahid salafiyiin pembunuhan yang mereka lakukan terhadap Syaikh Jamilurrahman Af Ghani Salafy dan pengikutnya dan menceraiberaikan sebagian dari mereka karena keistiqamahan serta pengajaran mereka terhadap kitab tauhid dan menyebarkan dakwah salafiyah “ ( Jam’u Sataat fiima Kutiba ‘anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An Najmy : 21, Taqdim Syaikh Ahmad An Najmi Rahimahullah )

Adapun perkataanmu bahwa kenapa mereka lebih senang, siapa yang lebih senang untuk menikahi mereka (akhwat tarbiyah) apakah dengan kondisi tidak pahamnya aqidah sebagian besar para akhwat tarbiyah bahkan secara umum menjadikan ikhwan salafi lebih senang dengan mereka. Padahal Allah Ta’ala berfirman

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya : ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut” (QS. An-Nahl : 36)

Bagaimana mereka tidak tahu, sebuah ilmu yang dengan sebab itu mereka diciptakan dan merupakan inti dakwah para Rasul

Bagaimana dia tidak tahu perkara yang pertama kali diwajibkan atas nya untuk dia pelajari. Berkata Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuuri, salah seorang ulama yaman, ” Apabila ditanyakan kepadamu apa yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba maka jawablah mempelajari Tauhidullah azza wa jalla dan dalilnya adalah hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berkata ke Yaman berkata Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam : ” Sesungguhnya kamu akan mendatangi sebuah kaum dari ahlu kitab, maka yang pertama kali kamu dakwahkan adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala

( Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz Bukhari – Kitab Mabadiul Mufidah fi Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya al-Hajuri : 8 )

Apakah dengan kondisi akhwat tarbiyah terjatuh kepada bid’ah maulud, partai dakwah, berdakwah dengan nasyid menjadikan ikhwan salafi lebih senang kepada mereka, padahal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam : ” Barangsiapa yang beramal dengan sesuatu yang bukan dariku maka amalannya tertolak ” (HR. Muslim dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘Anhu)

Apakah dengan kondisi terjunnya akhwat tarbiyah kedemokrasi, kampanye pemilu dan partai menjadikan ikhwan salafi lebih ” tertarik ” kepada mereka. Padahal Allah Ta’ala berfirman

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ

” Hukum (keputusan) itu hanyalah milik Allah “ (Qs. Yusuf : 40 ) Bukankah demokrasi adalah hukum atau keputusan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Berkata Syaikh Yahya Bin Ali Al Hajuri Hafidzahullah ” apabila dikatakan kepada kamu apa hukumnya demokrasi ? Maka katakanlah hukum demokrasi syirik akbar (besar) dan dalilnya adalah Firman Allah

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ

” Hukum (keputusan) itu hanyalah milik Allah ” (Qs. Yusuf : 40 )

وَلا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا

“ Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu Nya dalam menetapkan hukumnya( Qs. Al Kahfi : 26 ) ” ( Kitab Mabadiul Mufidah fi Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya al-Hajuri : 29 )

Allah Ta’ala berfirman

أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لا يَسْتَوُون

” Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama ” ( Qs. As Sajdah : 18 )

وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ

” Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Rabb kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ” ( Qs. Ar Ra’d : 19 )

Bukankah pemilu menyamakan orang beriman dengan orang kafir, ulama dengan orang bodoh, orang shaleh dengan orang fajir, wanita sholehah dengan wanita nakal dengan memiliki satu suara, padahal Allah Ta’ala membedakan antara orang beriman dan orang kafir, orang berilmu dan orang bodoh, ini menunjukkan bahwa pemilu bertentangan dengan syariat islam.

Apakah dengan kondisi akhwat tarbiyah sering berdemonstrasi, turun kejalan untuk berunjuk rasa menyebabkan ikhwan salafi menjadi senang dengan mereka padahal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda ” Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk dari golongannya “ ( HR. Abu Daud di shahihkan Syaikh Al Bani Rahimahullah dari Sahabat Ibnu Umar Radiyallahu ‘Anhu ) bukankah demonstrasi adalah produk dan caranya orang kafir, lalu mengapa mereka tasyabuh dengan orang-orang kafir.

Apakah dengan kondisi safarnya tanpa mahram ketika rihlah kepuncak menjadikan ikhwan salafi senang dengan mereka, bukankah Rasulullah Shalallahu “Alaihi Wassalam Bersabda : ” Tidak boleh seorang wanita safar (diucapkan 3 kali) kecuali bersama mahram” ( HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘Anhu ). Maka kita katakan, kita menginginkan seorang istri yang sholehah. Yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, menjauhi kesyrikan, bid’ah, demokrasi, pemilu, partai dan kemaksiatan lainnya.

Adapun jika mereka bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha (sebenarnya), meninggalkan jama’ah ikhwanul muslimin dan berpegang teguh kepada manhaj ahlus sunnah wal jama’ah. Maka bagi mereka adalah ayat ini

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا

” Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikkan. Allah Ghafuuran ( yang maknanya Maha Pengampun ) dan Rahiiman ( lagi Maha Penyayang ) ” ( Qs. Al Furqan : 70 )

Cerpen :

“Waduh, merampas, kesannya kasar banget. Jangan gitu akhi. Kalau alasan kenapa mereka tidak memilih akhwat salafy, ana tidak tahu, mungkin memang kurang stock?” jawab Ridwan.

“Atau mungkin karena ekstrim juga!?”, timpalku langsung.

“Hush!!! Sembarangan!”, cegah Ridwan atas komentarku.

Maka Kita katakan :

Siapa yang mengatakan kami tidak memilih akhwat salafi, secara umum ikhwan salafi menikah dengan akhwat salafi. Adapun kurang stock insya Allah tidak, diantara buktinya banyak dari ikhwan salafi yang menjalankan sunnah poligami. Perkataan Ibnu Abd Muis ” Atau mungkin karena ekstrim juga” ini salah satu bukti lagi atas kesembarangan Ibnu Abd Muis, yang ana ngga habis pikir cerpen ngawur kaya gini sudah gitu ditulis oleh seorang sembarangan banyak dipasang di bolg-blog ikhwani..!! Inalillahi wainailaihi Rajiuun

wahai Ibnu Abd Muis kalau bicara itu yang benar, jangan melemparkan istilah kepada akhwat yang konsiten terhadap agamanya, memakai hijab dan cadar dengan ekstrim. Kenapa ngga mengunakan dengan istilah iltizam atau istiqamah atau istilah yang syar’i lainnya. Ini yang pertama. Yang kedua : jangan engkau samakan akhwat salafi dengan akhwat ikhwani, dimana letak persamaannya akhwat salafi tidak mendengar nasyid adapun akhwat ikhwani tidak hanya dengar bahkan sebagian dari mereka ada yang mendatangi konsernya, akhwat salafi tidak pernah berdemo adapun akhwat ikhwani jangan tanya, akhwat salafi tidak sibuk dengan demokrasi, pemilu dan partai adapun akwat ikhwani kalian tahu sendiri bahkan ada calon legeslatif darinya….!!!

Sumber: http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2009/06/24/mengapa-kalian-rampas-akhwatnya-jika-kalian-benci-manhajnya/

Tinggalkan komentar