Sekali lagi, polemik dalam kata turunan memperhatikan dan memerhatikan sempat “panas” di tahun kemarin. Sekarang, polemik itu akan berhenti sampai di sini dengan diterbitkannya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi terbaru, yaitu edisi keempat. “Kebijaksanaan baru” dari pusat bahasa mengeluarkan KBBI ini tentu melalui penggodokan yang matang sehingga ada banyak masukan terutama penambahan entri dalam kamus tersebut. Selain itu, ada perubahan yang signifikan dalam KBBI edisi teranyar terbitan Gramedia ini. Di antaranya kualitas cover dan kertas. Kertas yang dipakai cukup kandel dan berkualitas sehingga harganya pun menjadi mahal, Rp 375.000,00.
Kembali masalah polemik kata memperhatikan dan memerhatikan. Pusat Bahasa telah menetapkan (dalam KBBI edisi keempat) bahwa turunan yang benar adalah MEMPERHATIKAN. Maka bagi pemakai bahasa yang mengidolakan kata memerhatikan, hendaknya harus gigit jari… hehehe. Kalau aku sih memang dari dahulu condong menggunakan memperhatikan. Pesan buat seorang rekan editor yang dahulu sempat bersitegang denganku dan dengan seriusnya dia menulis surat kepadaku bahwa bentuk yang benar adalah memerhatikan, harus melupakan kata memerhatikan. Nggak enak juga sih kedengarannya…. memerhatikan.
Wah ternyata menjadi perdebatan juga yawhh..
Saya sich setuju Memperhatikan lebih enak ngucapinnya he he he…
Salam Bocahbancar,…
Tanya: memperhatikan itu kata dasarnya apa?
Jika per itu merupakan imbuhan, seharusnya menjadi memperhatikan, seperti kata memperjuangkan, memperindah, dll. Adapun jika merupakan bagian dari kata dasar, mungkin memerhatikan itu yang benar. Saya sendiri condong ke memperhatikan dengan kata dasar hati. Wallaahu a’lam.
Btw, kalau “mencontek” dengan “menyontek”, itu yang benar (dari sisi bahasa, bukan dari sisi perbuatan) yang mana? Apakah huruf “c” bisa melebur? Setahuku tidak, seperti mencabik, mencatat, dll. Tapi ada yang mengatakan itu menjadi “menyontek”.
Menurut saya yang benar memang “memerhatikan”. Bukannya sok keras kepala, tetapi ini soal konsistensi dari KBBI saja. Ilmu itu kan dialektika, jadi memang dimungkinkan perubahan dan turning over. Tetapi harus ada prinsip yang sama. Nah, berdasar “prinsip yang sama” itu, KBBI mesti mengakui bahwa lema “perhati” tidak bisa diturunkan ke “hati”. Silakan browsing di internet atau meneliti sendiri materi yang menbahas hal itu. Jika Anda sepakat, kemungkinan besar Anda akan beropini bahwa lema “perhati” tidak bisa digantikan kata “hati”.
Justru yang menjadi tanda tanya besar adalah mengapa lema perhati dihapuskan? Apa alasannya? Pihak penyusun KBBI belum berkomentar tentang hal ini. Di referensi manapun saya belum menemukan alasannya. MEskipun Bung Abu Maulid beralasan:
“Nggak enak juga sih kedengarannya…. memerhatikan”, tentu saja dinamika bahasa memang menurunkan kata-kata yang “enak kedengaran” dan “tidak enak kedengaran”. Itulah sebabnya ada keterangan “cak” atau cakapan, “infml” atau informal. Tetapi sekali lagi, kita memang sedang belajar berbahasa. Jadi mari kita berargumentasi dengan rujukan dan kaidah yang berlaku. Ibn Sina atau Hipocrates kayaknya punya metode ilmiah yang masih berlaku untuk urusan “memperhatikan versus memerhatikan” ini. Terima kasih.
akhirnya terjwab juga, makasih kawan
Yang betul adalah “meMerhatikan” karena berasal dari kata benda “Perhatian”. Contoh-contoh lain yang seharusnya: memertimbangkan (pertimbangan), memerbincangkan (perbincangan), memerhitungkan (perhitungan), memerlakukan (perlakuan), memermasalahkan (permasalahan), memertanyakan (pertanyaan), memertahankankan (pertahanan), memertaruhkan (pertaruhan), memertanggungkan (pertanggungan), memertanggungjawabkan (pertanggungjawaban), memertunjukkan (pertunjukan), memerdagangkan (perdagangan), memertemukan (pertemuan), memerkenalkan (perkenalan), memersembahkan (persembahan), memeroleh (perolehan), memerkosa (perkosaan), memerbaiki (perbaikan), memerbarui (perbaruan), memerpanjang (perpanjangan), memerluas (perluasan), memercepat (percepatan), memerlambat (perlambatan), memesona (pesona), memroduksi (produksi), memresentasikan (presentasi), memroteksi (proteksi), mengoleksi (koleksi). Ada juga yang berasal dari kata kerja: memedulikan (peduli), memercayai (percaya), mengonsumsi (konsumsi).
Bukan begitu?