Ikhwah, Hati-hati dari Meremehkan/Merendahkan Sunnah!!!


Mungkin, ikhwah yang mengamalkan sunnah dan menampakkannya di tengah-tengah masyarakat, semisal memelihara jenggot, memakai celana ngatung, atau memakai jubah/gamis mendapat perlakuan berbeda baik berupa ejekan maupun pandangan heran oleh sebagian masyarakat sekitar. Jangan ragu, tetaplah tegar di atas sunnah! Namun, kepada mereka yang mengejek, meremehkan, merendahkan, dan mengolok-olok sunnah maka hati-hatilah akan laknat Allah baik di dunia maupun di akhirat kelak. Adapun di dunia, kadang Allah perlihatkan laknat/adzabnya secara langsung. Ini merupakan pelajaran bagi kita semua.   

 

Beginilah Akibat Mengolok Sunnah!!

————————————————

Kisah Mengolok-olok Siwak

Sebagaimana di dalam Al Bidayah wan Nihaayah karangan Ibnu Katsir, kejadian-kejadian tahun 665, ketika beliau berkata:

Ibnu Kholkaan berkisah menukil tulisan Asy Syaikh Qathbuddin al Yuunaani, dia berkata : Telah sampai kepada kami bahwasanya seorang laki-laki yang dipanggil Abu Salamah dari daerah Bushro, dia itu suka berkelakar dan berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Disebutkan di sisinya siwak dan keutamaan-keutamaannya, maka dia berkata : “Demi Allah, aku tidak akan bersiwak kecuali di dubur!” Lalu, dia mengambil sebuah siwak, memasukkannya ke duburnya kemudian mengeluarkannya.

Berkata Qathbuddin: Setelah melakukan perbuatan tersebut, ia tinggal selama sembilan bulan dalam keadaan mengeluh sakit perut dan dubur. Ia (Qathbuddin) berkata: Lalu, dia melahirkan anak seperti tikus mondok yang pendek dan besar, memilki empat kaki, kepalanya seperti kepala ikan. (Hewan itu memiliki empat taring yang tampak menonjol, panjang ekornya satu jengkal empat jari) dan memiliki dubur seperti dubur kelinci. Tatkala sudah dilahirkan, hewan itu menjerit tiga kali, lalu bangkitlah anak perempuan laki-laki itu dan memecahkan kepalanya sehingga matilah hewan tersebut.

Laki-laki itu hidup setelah melahirkan selama dua hari dan mati pada hari yang ketiga. Dan dia (sebelum) mati berkata: “Hewan ini telah membunuhku dan memotong-motong ususku”. Sungguh kejadian ini telah disaksikan oleh sekelompok penduduk di daerah tersebut dan para khatib tempat itu. Diantara mereka ada yang melihat hewan itu hidup-hidup dan diantaranya ada yang melihatnya setelah mati.

Kisah Orang yang Allah Subhaanahu wa Ta’ala Ubah Kepalanya Menjadi Kepala Keledai

Sebagaimana di ‘Al-Qaulul Mubiin fi Akhthaa’il Mushallin halaman 252 sebagai berikut:

Telah berkata Ibnu Hajar dari sebagian ahli hadits, bahwasanya dia pergi ke Dimasyq untuk mengambil hadits dari seorang syaikh yang terkenal di sana. Syaikh itu pun membacakan kepadanya sejumlah hadits, akan tetapi beliau membuat tabir antara beliau dengan si murid dan dia tidak melihat wajah si Syaikh tersebut. Tatkala telah lama dia belajar dan Syaikhnya melihat semangatnya terhadap hadits maka Syaikh tersebut menyingkapkan tabir. Sehingga si murid tersebut melihat wajah beliau berupa wajah keledai.

Maka beliau berkata kepadanya: “Hati-hati wahai anakku, jangan sampai kamu mendahului imam! Sesungguhnya aku tatkala melewati hadits tersebut (1), aku menganggap tidak mungkin terjadi, lalu aku mendahului imam, lalu jadilah wajahku seperti yang kau lihat!”

Aku berkata: Ayat, hadits, dan kisah dalam masalah ini banyak sekali.

Footnote :

(1) Yakni hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al Imam Bukhori dan Al Imam Muslim:

Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam (mengangkat kepalanya) akan dirubah oleh Allah kepalanya menjadi kepala keledai ?

Dalam riwayat yang lain:

Akan dijadikan wajahnya menjadi wajah keledai?” (Pent)

Sumber : Al Qoulul Mufid, Penjelasan tentang Tauhid. Penulis : Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy. Penerbit : Darul Ilmi Yogyakarta.

Diambil dari http://www.shaff.co.nr/

Tinggalkan komentar