KENAPA SIH KOK BICARANYA KASAR…?


KENAPA SIH KOK BICARANYA KASAR…?

Mengkritik dan menerangkan penyimpangan seseorang agar umat tidak terjatuh dalam penyimpangan yang dilakukannya merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dalam da’wah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Namun bagi sebagian orang, kritik dan bantahan terhadap kebatilan dan para pembawanya terasa begitu berat. Ketika ada tokoh dari ahlul bid’ah sedang dibeberkan kesesatan dan kesalahannya secara ilmiah berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah, mereka anggap orang yang menjelaskan kesesatan dan penyimpangan tersebut sebagai penghujat, zhalim, mulutnya kotor, tidak berakhlaq mulia, dan sebagainya. Berbagai alasan dikemukan karena “keberatan” terhadap prinsip tersebut, di antaranya:

“Tidak perlu saling menuding sesat, biarlah kita lakukan apa yang kita yakini sebagai kebenaran”
“Dalam Al Qur’an kita dilarang untuk saling mengolok-olok”
“Jangan kalian memecah belah persatuan umat”
“Da’wah itu harus dengan lemah lembut dan akhlaqul karimah”
Sesungguhnya siapa pun yang mau benar-benar memperhatikan dan mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar, niscaya dia akan menemukan bahwa Islam itu ditegakkan di atas dua prinsip utama, yaitu:

At Ta’shil : Membangun prinsip dan pedoman dalam perkara yang haq serta menjelaskannya.
At Tahdzir : Peringatan agar menjauh dari berbagai kesesatan dengan segala bentuk dan coraknya.

Dua prinsip ini tidak bisa dipisahkan, dan ini adalah sebagai bentuk pemeliharaan bagi kemurniaan Islam dan membentengi aqidah kaum muslimin dari penyimpangan dan kerusakan.
Di antara contoh ayat-ayat Al Qur’an yang berisi tahdzir dari kebatilan dan para pelakunya dengan mencerca dan memberi gelaran-gelaran buruk bagi mereka, adalah firman Allah

يا أيها الذين آمنوا إن كثيرا من الأحبار و الرهبان ليأكلون أموال الناس بالباطل و يصدون عن سيبل الله

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang-orang ‘alim Yahudi dan rahib-rahib Nashrani benar-benar telah memakan harta manusia dengan cara yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” [At Taubah : 34]

و اتل عليهم نبأ الذي ءاتيناه ءاياتنا فانسلخ منها فأتبعه الشيطان فكان من الغاوين. و لو شئنا لرفعناه بها و لكنه أخلد إلى الأرض و اتبع هواه، فمثله كمثل الكلب إن تحمل عليه يلهث أو تتركه يلهث، ذلك مثل القوم الذين كذبوا بئاياتنا، فاقصص القصص لعلهم يتفكرون

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu ia diikuti oleh syaithan (sampai dia tergoda), maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpanaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dia mengulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia pun mengulurkan lidahnya. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” [Al A’raf: 175-176]

Inilah contoh celaan dan kritik yang sangat tajam serta tahdzir yang sangat pedas dalam Al Qur’an dari kebatilan dan orang-orangnya.
Allah juga menegaskan untuk menjauhi dan memboikot ahlul bid’ah:

و إذا رأيت الذين يخوضون في ءاياتنا فأعرض عنهم حتى يخوضوا في حديث غيره،و إما ينسينك الشيطان فلا تقعد بعد الذكرى مع القوم الظالمين

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka jangalah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan tersebut).” [Al An’am : 68]

Termasuk orang-orang yang memperolok-olok ayat-ayat Allah adalah para ahlul bid’ah. Karena mereka telah membuat penafsiran yang menyimpang terhadap dalil-dalil Al Qur’an, atau menempatkannya tidak pada tempatnya, atau memutarbalikkannya, bahkan tak segan-segan untuk berdusta.
Al Imam Asy Syaukani rahimahullah menerangkan: “Di dalam ayat ini terkandung nasehat dan peringatan besar bagi mereka yang mentolerir duduk bremajelis dengan ahlul bid’ah, (yaitu) orang-orang yang suka mengubah-ubah firman Allah , mempermaikan Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya, serta mengembalikannya kepada hawa nafsu mereka yang rusak. Maka, jika dia tidak (mampu) mengingkari atau mengubah keyakinan mereka, paling tidak dia harus meninggalkan mejelis mereka. Dan ini tentu lebih mudah.”

Semakna dengan ayat tersebut, Firman Allah :

و قد نزل عليكم في الكتاب أن إذا سمعتم ءايات الله يكفر بها و يستهزأ بها فلا تقعدوا معهم حتى يخوضوا في حديث غيره، إنكم إذا مثلهم، إن الله جامع المنافقين و الكافرين في جهنم جميع

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu didalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian duduk bersama mereka), tentulah kalian serupa dengan mereka.” [An Nisa’:140]

Tahdzir, cercaan, dan sikap keras terhadap ahlul bid’ah juga ditunjukkan oleh Rasulullah . Kita semua sepakat, bahwa Rasulullah memeliki akhlaq yang termulia dan terbaik, sebagaimana direkomendasikan dengan tegas oleh Allah di dalam firman-Nya:

و إنك لعلى خلق عظيم
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlaq yang sangat tinggi.” [Al Qalam:4]

Kita semua sepakat bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah:

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجوا الله و اليوم الآخر و ذكر الله كثيرا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kemuliaan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab:21]

Maka merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita teladani ketika Rasululah bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق

“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”

Demikian juga, merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita tauladani ketika Rasulullah mencerca dan bersikap keras terhadap ahlul bid’ah serta mentahdzir (memperingatkan) umat dari kejahatan mereka, baik secara umum maupun secara khusus.

Contoh sikap keras dan tahdzir secara umum adalah: sabda beliau kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang firman Allah :

هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب و أخر متشابهات، فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة و ابتغاء تأويله

“Dialah (Allah) yang telah menurunkan kepada kalian Al Kitab, yang padanya ada ayat-ayat muhkamah, yang itu merupakan induk Al Kitab, dan yang lainnya ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang di hatinya ada penyimpangan mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dalam rangka mencari fitnah dan mencari ta’wilnya…” [Ali ‘Imran : 7]

Rasulullah menegaskan kepada ‘Aisyah:

إِذَا رَأَيْتِ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللهُ، فَاحْذَرُوْهُمْ
“Apabila kau melihat orang-orang yang sukanya mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih, maka merekalah yang Allah sebutkan (pada ayat tersebut). Maka hati-hatilah dari mereka.” [Muttafaqun ‘alaih]

Adapun contoh sikap keras dan tahdzir secara khusus, adalah:

Adapun contoh sikap keras dan tahdzir secara khusus, adalah :

Sikap keras beliau terhadap kaum teroris-khawarij:
Rasulullah bersabda:
… إِنَّ مِنْ ضِئْضِىءِ هَذَا –أَوْ فيِ عَقِبِ هَذَا – قَوْمًا يَقْرَأُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ الإِسْلاَمِ مُرُوْقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ، وَ يَدَعُوْنَ أَهْلَ الأَوْثَانِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ قَتَلْتُهُمْ قَتْلَ عَادٍ

… akan keluar dari keturunan orang ini (Dzulkhuwaishirah) suatu kaum yang mereka itu ahli membaca Al Qur’an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari (sasaran) buruannya. Mereka membunuhi ahlul Islam dan membiarkan hidup (tidak mereka bunuh) ahlul Autsan (orang-orang kafir). Jika aku sempat mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan cara pembunuhan terhadap kaum ‘Ad [HR. Al Bukhari 3344, Muslim 1064; Abu Dawud 4764]

Rasulullah juga bersabda tentang khawarij:
هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَ الْخَلِيْقَةِ

Mereka adalah sejahat-jahat makhluk dan ciptaan. [HR. Muslim. No. 1067, dari Abu Dzarr]

Rasulullah juga berbicara pedas tentang khawarij dengan mengatakan:
الخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّار

Khawarij adalah anjing-anjing neraka. [HR. Ibnu Majah (172) dari ‘Abdurrahman bin Abi Aufa]

Beliau juga bersabda sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah:
كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ. هَؤُلاَءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ، وَ خَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ الَّذِيْنَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ

Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka ini sejelek-jelek orang yang dibunuh di bahwa kolong langit ini. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di bahwa kolong langit ini adalah orang-orang yang dibunuh oleh mereka. [HR. Ahmad, Ibnu Majah]

Beliau juga bersabda bersabda:
فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ القِيَامَةِ

Maka jika kalian mendapati mereka (khawarij), perangilah mereka! Karena sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat. [Muttafaqun ‘alaihi]

Sikap keras beliau terhadap pengingkar taqdir (Al Qadariyyah) :
اَلْقَدَرِيَّةُ مَجُوْسُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِنْ مَرِضُوْا فَلاَ تَعُوْدُوْهُمْ وَ إِنْ مَاتُوْا فَلاَ تَشْهُدُوْهُمْ

Al Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati, jangan disaksikan (dihadiri) jenazah mereka. [HR. Ibnu Abi ‘Ashim]

Sikap keras dan tahdzir terhadap bid’ah dan ahlul bid’ah juga ditunjukkan oleh para shahabat. Di antaranya: ‘Abdullah bin ‘Abbas, ketika beliau berbicara tentang Al Qadariyyah :
“Demi Allah, tidaklah turun ayat:

“Rasakanlah oleh kalian adzab neraka Saqar Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan ketetapan taqdir.” [Al Qamar : 48-49]

melainkan ditujukan kepada mereka. Mereka itu adalah sejelek-jelek umat ini, jangan kalian jenguk orang yang sakit di antara mereka, jangan kalian shalati orang yang mati dari kalangan mereka. Bila aku melihat salah seorang dari mereka, NISCAYA AKU AKAN MENCUNGKIL KEDUA MATANYA DENGAN DUA JARIKU INI.”

[Pembahasan serupa dengan ini telah dibahas dalam buku “Mereka Adalah Teroris” halaman 264-267(cet.I) atau halaman 276-279 (cet.II). dan di antara hadits-hadits di atas juga disebutkan berulang-ulang pada buku. Dan penulis pun juga telah menjelaskan di bagian kata pengantar cetakan I. Lihat pula halaman 104-119 cet I; atau 112-127 cet. II]

Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi hafidhahullah berkata :
“Membantah, men-jarh (mengkritik dan mencerca) ahlul bid’ah, dan memperingatkan manusia dari bahaya mereka merupakan perkara pokok dalam Islam, karena hal ini termasuk bab amar ma’ruf nahi munkar yang paling penting dan juga termasuk bab nasehat yang terpenting terhadap Islam dan muslimin. Orang yang pertama kali men-jarh (mencerca) dan men-tahdzir (memperingatkan umat dari) orang-orang yang menyimpang adalah Rasulullah , yaitu ketika Rasulullah men-tahdzir (umat dari bahaya) khawarij dalam beberapa hadits dan menyifati mereka sebagai sejelek-jelek makhluk, beliau juga mencela Dzulkhuwaishirah (nenek moyang khawarij). Dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang perkara ini banyak sekali.” –sekian dari Asy Syaikh Rabi’ —

Perlu diperhatikan, bahwa membantah dan memperingatkan dari bid’ah dan ahlul bid’ah ini harus ditegakkan di atas hujjah ilmiah, berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan apa yang telah difahami dan diaplikasikan oleh salaful ummah. Tidak boleh asal ngomong, maupun karena emosi. Karena itu, yang berhak melaksanakan ini adalah orang-orang yang bertaqwa, adil, dan jujur, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :

يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَ انْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنِ وَ تَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ

Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:

Tahriful Ghalin (pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstrimis).
Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama)
Ta’wilul Jahilin (Penta’wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil)
[HR. Ibnu ‘Ady dalam Al Kamil I/145-148. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashabih]

Merekalah para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah, yang di antara akhlaq dan sifat mereka adalah:

إنما يخشى الله من عباده العلماء

“Sesungguhya yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ‘ulama. Sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” [Fathir : 28]

Karena itu mari kita perbaiki akhlaq dan sikap kita, yaitu dengan benar-benar meniru akhlaq dan bimbingan Rasulullah dalam segala aspeknya, baik dalam aqidah, ibadah, da’wah, maupun mu’amalah sesama manusia. Ingat, kembalikan itu semua pada bimbingan dan petunjuk Rasulullah , bukan pada pada perasaan, pendapat, maupun akal seseorang ataupun kelompok, bukan pula pada adat istiadat suatu suku atau bangsa tertentu.

Sumber: http://www.merekaadalahteroris.com/bicara-kasar.htm

Tinggalkan komentar