MEMBELA HAK WANITA/ISTRI Vol. I: (Bergaul dengan Baik dan Berakhlak Mulia) Penulis: Ummu Salamah As Salafiyyah |
“Dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisaa’ : 19)
Al Hafidz Ibnu Katsir ; ketika menafsirkan ayat ini menyatakan: Allah berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisaa’ : 19) Al Hafidz Ibnu Katsir ; ketika menafsirkan ayat ini menyatakan: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf”. (QS. Al Baqarah: 228) Dalam hadits Aisyah bahwasannya Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. At Tirmidzi. Dishahihkan Al Albani dalam shahih Al Jami’ no. 3314) Termasuk akhlak Nabi, beliau sangat baik pergaulannya dengan istri-istrinya, senantiasa berseri-seri wajahnya, bersenda gurau, bercumbu rayu dengan istri, bersikap lembut pada mereka dan melapangkan mereka dalam nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya sampai beliau pernah mengajak Aisyah ummul mukminin berlomba lari untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau kepadanya. Aisyah berkata, “Rasulullah pernah mengajakku lomba lari, maka aku bisa mengalahkan beliau, itu terjadi sebelum aku gemuk. Kemudian pada kali yang lain ketika tubuhku telah gemuk, beliau mengajakku lomba lari dan beliau bisa mengalahkanku. Beliau berkata, “Kemenangan ini sebagai balasan atas kekalahan yang dahulu.” Termasuk pergaulan Rasulullah terhadap istrinya, setiap malam beliau biasa mengumpulkan istri-istrinya di rumah istri yang beliau bermalam di situ (yang mendapat giliran), makan bersama-sama mereka pada sebagian waktu, kemudian masing-masing istri pulang ke rumahnya. Beliau biasa tidur dengan salah seorang istrinya dalam satu selimut. Beliau letakkan rida’ nya dari kedua pundaknya dan tidur dengan sarungnya. Setelah shalat Isya’, beliau masuk ke rumahnya dan berbincang-bincang sejenak dengan istrinya sebelum tidur untuk menyenangkan mereka. “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21) Amr bin Al Ahwash Al Jusyami pernah mendengar Nabi , berkhutbah dalam haji Wada’. Setelah memuji dan menyanjung Allah, memperingatkan dan menasehatkan. Beliau bersabda: ألا و استوصوا بالنساء خيرا فإنما هن عوان عندكم ليس تملكون منهن شيئا غير ذلك إلا أن يأتين بفاحشة مبينة فإن فعلن فاهجروهن في المضاجع و اضربوهن ضربا غير مبرح فإن أطعنكم فلا تبغوا عليهن سبيلا ألا و إن لكم على نسائكم حقا و لنسائكم عليكم حقا فأما حقكم على نسائكم فلا يوطئن فرشكم من تكرهون و لا يأذن في بيوتكم لمن تكرهون ألا و إن حقهن عليكم أن تحسنوا إليهن في كسوتهن و طعامهن . “Berpesanlah kalian dengan kebaikan terhadap wanita (para istri), karena mereka itu hanyalah penolong di sisi kalian. Kalian tidak menguasai dari mereka sedikitpun selain itu kecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Bila mereka melakukan hal tersebut, tinggalkanlah mereka di tempat tidurnya dan pukullah dengan pukulan yang tidak membuat cacat Namun bila mereka mentaati kalian, maka tidak ada jalam bagi kalian untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian. Dan merekapun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan ada orang yang kalian benci untuk menginjak hamparan (permadani) kalian dan istri tidak boleh menginknn orang yang kalian benci masuk rumah kalian. Adapun hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka dalam memberikan pakaian dan makanan mereka.” (HR. Tirmidzi. Dihasankan Syaikh Al Albani di Shahih Al Jami’ No. 7880) Dalam sanad hadits ini ada Sulaiman bin Amr. Kata Al Hafidz, “Ia maqbul” Namun hadits ini memiliki pendukung yang disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad (juz 5, hal. 72). Imam Ahmad berkata, “Telah menceritakan kepada kami Affan, is berkata, Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, ia berkata, Telah memberitakan kepada kami Ali bin Abi Zaid dari Abi Hurrah Ar Raqasyi dari pamannya, ia berkata, “Aku pernah memegang tali kekang unta Rasulullah pada pertengahan hari Tasyrik. Ketika itu beliau berkhutbali di hadapan manusia, di antara isi khutbahnya beliau bersabda: Hadits dengan sanad ini di dalamnya ada rawi yang bernama Ali bin Zaid bin Jad’an, dia dlaif, tetapi hadits ini terangkat dengan 2 jalannya sampai derajat Hasan. Wallahu a’lam. Engkau wahai suami, tidak dianggap mempergauli istri dengan baik bila engkau membebani istrimu dengan melampaui Batas dan engkau memayahkannya untuk memenuhi hak-hakmu. Bahkan sepantasnya engkau menempuh jalan pertengahan dan engkau merelakan sebagian hakmu tidak terpenuhi untuk merealisasikan perkara yang lebih penting darinya, di antaranya untuk memperbaiki pergaulan dan meringankan istrimu. استوصوا بالنساء خيرا فإن المرأة خلقت من ضلع و إن أعوج شيء في الضلع أعلاه فإن ذهبت تقيمه كسرته و إن تركته لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء خيرا . “Berpesanlah kalian dengan kebaikan kepada para istri karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian paling atas. Bila engkau paksa untuk meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya, dan hila engkau tinggalkan (tidak berupaya meluruskannya) maka ia akan terus-menerus bengkok. Karena itu berpesan-pesanlah berupa kebaikan terhadap para istri.” (HR.Bukhari dan Muslim) Wanita itu kurang akal dan agamanya sebagaimana dikabarkan oleh Nabi dari hadits Abu Said Al Khudri, dia berkata: Ketika hari Idul ‘Adha -atau Idul Fithri- Rasulullah keluar menuju musholla (tanah lapang) dan ketika sampai pada khutbah Id Beliau melewati kaum wanita seraya bersabda, “wahai para wanita, bersedekahlah kalian karena diperlihatkan kepadaku kebanyakan penghuni neraka adalah kalian,” Orang yang kurang akal pasti butuh kepada seseorang yang memberikan pengarahan kepadanya dengan pengarahan yang benar, dengan cara yang halus, lembut dan lunak. Dan orang yang kurang akal ini dimaafkan sebagian kesalahannya: Wallahu A’lam dinukil oleh Muh. Rifa’i dari kitab : Al Intishar lihuhuqil Mu’minat. Karya : Ummu Salamah As Salafiyyah Hal. 51 – 54. Penerbit darul Atsar Yaman Cet. I Th. 2002. Telah diterjemahkan dengan judul buku : Persembahan untukmu Duhai Muslimah Cet. Pustaka Al Haura’ Yogyakarta) |