Bantahan terhadap Ihsan Zainuddin, Seorang Ustadz Wahdah Islamiyah (Bag. 4)


“Renungan Agar Tidak Berpikir Picik”
Jawaban untuk Al-Akh Ihsan Zainuddin
(Bag IV)
(Seorang Ustadz di Ormas Wahdah Islamiyah)

Ketika kami hampir menyelesaikan nasihat ini, tiba-tiba ada seorang ikhwah yang datang membawa majalah Al-Bashirah edisi IV/Jumadil Tsani 1424 H, yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Ormas Wahdah Islamiyyah.

Ternyata tulisan yang dibuat oleh Muhammad Ihsan dalam majalah Al-Islami merupakan tulisan yang sudah diterbitkan dalam Al-Bashirah tersebut sekalipun susunan kalimat dan gaya bahasanya berbeda, namun tema dan topiknya sama, yaitu koreksi dan kritik kepada para du’at salafiyyin.

Tulisan yang ada di Al-Bashirah dengan judul “Renungan untuk Tidak Berfikir Picik”, juga ditulis oleh Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc. Yang paling parah dalam tulisan itu dia membela Salman Ibn Fahd Al-Audah dengan membawakan fatwa Syaikh Albany yang memuji Salman. [1] Tapi itukan dulu karena Syaikh Albani belum dapat info tentang Salman. Setelah beliau tahu, maka sikap beliau berubah sebagaimana ini bisa dilihat dalam muqoddimah beliau terhadap kitab Madarik An-Nazhar. Apalagi setelah mutawatirnya berita Salman dipenjara atas titah dari Syaikh Ibn Baz-raahimahullah-

Lebih nyata lagi bagaimana Ihsan membela Salman ketika Ihsan berkata:”Lihatlah perbedaan sikap seorang alim yang faqih dengan yang tidak. Syaikh Salman bukanlah seorang yang ma’shum. Beliau juga punya kesalahan (bahkan mungkin lebih banyak). Namun hal itu tidaklah mengeluarkan Beliau dari lingkaran Ahlussunnah”.

Jawaban dan sanggahan terhadap ucapan Ihsan di atas:

  • Saya tak tahu sikap Ihsan terhadap Syaikh Albany setelah beliau berubah sikap dan penilaian tentang Salman? Apakah masih ingin berkata: ”Lihatlah perbedaan sikap seorang alim yang faqih dengan yang tidak.” Atau malah mengatakan Syaikh Albany itu tidak faqih, Cuma seorang muhaddits sebagaimana hal ini biasa dilontarkan oleh sebagian hizbiyyun.
  • Salman memang bukanlah seorang nabi yang ma’shum. Oleh karenanya ketika ia salah, yah ditinggalkan ucapannya dan dijelaskan segi penyimpangannya agar hati-hati dengannya jangan sampai terpengaruh.
  • Kesalahan Salman cukup fatal dalam masalah aqidah. Silakan dengarkan mengulangi “Tambo lama” orang-orang khawarij ketika ia berkata mengomentari seorang biduan yang senang menampakkan kefasikannya: “Orang ini tidak akan diampuni oleh Allah, kecuali apabila ia mau bertaubat karena Nabi –shollallahu alaih wasallam telah menghukumi bahwa dia tak akan dimaafkan”Setiap ummatku dimaafkan kecuali…!” Karena mereka itu adalah orang-orang murtad gara-gara perbuatannya ini. Ini adalah kemurtadan dari agama Islam-wal ‘iyaadzu billah- di neraka Jahannam, kecuali jika ia mau bertaubat. Kenapa demikian?karena ia tidak beriman dengan firman Allah Ta’ala:

”Janganlah kalian mendekati zina karena zina merupakan perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan”. Demi Allah, orang yang mengetahui zina itu haaram, perbuatan keji, dan membuat Allah murka, apakah ia mau berbangga di depan manusia?! Di depan ribuan orang, bahkan ratusan ribu orang?! Ini tidaklah akan dilakukan orang beriman selamanya[2]

Ucapan ini merupakan ucapan orang-orang Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar.

Seorang Imam Salafy, Abu Utsman Ash-Shobuny-rahimahullah- berkata dalam membantah orang-orang khawarij yang senang mengkafirkan para pelaku dosa besar:”Ahlus Sunnah meyakini bahwa seorang mu’min sekalipun melakukan dosa yang banyak , baik itu dosa kecil maupun besar, maka ia tidaklah kafir karenanya. Sekalipun ia meninggal dunia tanpa bertaubat darinya, sedang ia mati di atas tauhid dan ikhlash”.[3]

Hal serupa juga ditegaskan oleh Imam Ath-Thohawy –rahimahullah- ketika mengungkapkan aqidah ahlussunnah tentang pelaku dosa, kecil maupun besar: “Kita tidak mengkafirkan seorangpun dari kalangan ahli kiblat (kaum muslimin) karena suatu dosa sepanjang ia tidak menghalalkannya”.[4]

Demikianlah yang bisa kami nasihatkan pada risalah ini, semoga kita mendapatkan hidayah, amin.

Footnote :

[1] Kesalahan yang ada dalam tulisan di Al-Bashirah tsb, bukan Cuma permasalahan yang berkaitan dengan pujian penulis dengan Salman, namun disana masih ada kesalahan yang sebagiannya sudah disanggah di dalam sanggahan kami ini. Walillahilhamd.

[2] Simak kasetnya yang berjudul: Jalsah ala Ar-Roshif .

[3] Lihat Aqidah As-Salaf , hal.82,cet. Dar Al-Minhaj.

[4] Syarah Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah Ash-Shogier, hal.60, karya Syaikh Albany cet. Al-Maktab Al-Islamy.

Sumber: http://almakassari.com/?p=330

Satu tanggapan

  1. Assalamu’alaikum, jika kita melihat secara teliti tulisan para asatidz WI di majalah Albashirah baik versi lama maupun baru maka sangat jelas pembelaannya terhadap Salman al audah ataupun nashir al umar. ana juga tidak habis pikir kenapa para asatidz WI begitu membela tokoh-tokoh hizbiyyun padahal mereka mengaku bermanhaj salaf. semoga sj qt senantiasa diberi taufik oleh Allah Azza Wa Jalla

Tinggalkan komentar